Kamis, 05 November 2020

SUKA DAN DUKA MENJADI MAHASISWI PRODI SASTRA INDONESIA UNPAM


Mengapa memilih jurusan sastra Indonesia?’ Pertanyaan itu kerap kali ditanyakan setiap saya menyebutkan jurusan kuliah saya. Banyak diantara mereka yang heran mengapa saya memilih jurusan sastra Indonesia. Bukankah prospek kerjanya sulit? Bukankah gajinya jauh lebih rendah daripada lulusan dari jurusan lain? Bukankah masa depan lulusan sastra Indonesia itu tidak jelas? Jujur saja, pertanyaan tersebut sering kali saya dengar setelah saya menjelaskan jurusan kuliah saya. Bagi mereka jurusan sastra Indonesia itu kuno, abu-abu, dan tidak jelas. Tetapi menurut saya semua itu salah. Tidak selamanya jurusan yang dianggap sepele itu akan berakhiran buruk. Dan bukan berarti semua lulusan sastra Indonesia akan bernasib menjadi pengangguran dan tidak mempunyai masa depan. Sastra Indonesia memanglah jurusan yang tidak cukup populer di kalangan masyarakat Indonesia pada saat ini. Banyak masyarakat Indonesia yang kerap kali menyepelekan jurusan sastra Indonesia. Bahkan teman-teman saya pun seperti itu.

 

Pada suatu ketika, teman saya pernah bertanya kepada saya, “Mengapa memilih jurusan sastra Indonesia?”. Saya pun menjawab, “Karena saya nyaman dan menyukai jurusan ini.” Lalu teman saya menjawab kembali, “Mengapa bisa kamu nyaman pada jurusan yang tidak jelas itu?”. Jujur saja saya sempat kaget dengan ucapan teman saya itu. Memangnya ada yang salah dengan jurusan saya? Toh saya masuk jurusan ini karena saya menyukainya dan tidak terpaksa sama sekali. Teman saya pun menimpali kembali, “Kamu harus tahu bahwa jurusan Sastra Indonesia itu susah mendapatkan prospek kerja yang bagus. Banyak dari lulusan sastra Indonesia yang sekarang hanya menjadi pengangguran dan tidak punya masa depan. Bahkan, teman saya pun menyesal masuk sastra Indonesia. Teman saya sampai saat ini masih menganggur, mencari kerja kesana kemari padahal teman saya lulusan sastra Indonesia dari universitas terkenal di Indonesia. Sedangkan kamu? Kamu mendaftar sebagai mahasiswi baru tetapi memilih jurusan sastra Indonesia. Apakah kamu tidak menyesal masuk ke jurusan itu?”. Saya sempat berpikir ‘apakah saya salah masuk jurusan?’, namun saya langsung membuang jauh-jauh pikiran negatif itu. “Tidak semua orang akan bernasib sama. Banyak juga lulusan sastra Indonesia yang mendapatkan pekerjaan yang bagus, menjadi dosen contohnya. Masa depan manusia tidak ada yang tahu kecuali Sang Pencipta. Sekarang ini yang bisa kita lakukan hanyalah terus berusaha dan berdoa kepada Sang Pencipta. Jodoh, maut, rezeki, Allah yang menentukan.”

Terkadang memang pikiran buruk itu sering sekali menghantui saya. Apalagi di zaman sekarang ini mencari pekerjaan memang sulit sekali. Banyak yang harus dikorbankan agar kita bisa mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keinginan kita. Sebenarnya alasan kuat saya masuk ke jurusan sastra Indonesia ini adalah karena salah satu guru bahasa Indonesia di SMK saya. Saat itu, guru bahasa Indonesia saya memberikan tugas kepada saya dan teman sekelas saya untuk membuat puisi. Karena saya memang sangat suka merangkai kata-kata, saya pun menyelesaikan tugas tersebut dengan cepat. Setelah membaca hasil tugas saya, guru saya pun berkata, “Sepertinya kamu memang cocok menjadi seorang penyair.” Pada saat itu saya hanya tersenyum, karena menurut saya, pujian tersebut memang wajar diucapkan oleh seorang guru kepada muridnya. Namun ternyata semakin mendekati waktu kelulusan, saya semakin menyadari bahwa saya memang mempunyai minat di bidang sastra Indonesia.

Tidak berhenti sampai disitu, sewaktu saya sekolah dasar dulu, saya pernah di rekomendasikan oleh guru untuk mengikuti lomba puisi antar kecamatan. Saya sangat antusias mengikuti lomba tersebut. ‘Kesempatan langka’, pikir saya. Saya terus belajar tentang puisi sebelum mengikuti lomba. Sampai pada saat lomba tiba, jantung saya berdetak dengan kencang. Rasa takut bercampur malu menjadi satu karena itu merupakan pertama kalinya saya mengikuti lomba sebagai perwakilan sekolah. Pada saat itu yang saya harapkan adalah semoga saya bisa menyelesaikan lomba dengan baik. Namun, keberuntungan sepertinya belum berpihak kepada saya. Saya tidak memenangkan lomba karena saya terlalu grogi dan hampir menangis didepan peserta lomba lainnya pada saat saya membacakan puisi. Karena dulu saya memanglah tipe anak yang pemalu dan tidak mempunyai keberanian untuk berbicara didepan orang banyak, ‘demam panggung’ istilahnya. Saya tidak membawa pulang piala untuk sekolah. Tetapi dari kejadian itu saya mengambil pelajaran bahwa semua hal memang ada resikonya dan kita harus belajar untuk berani mengambil resiko dan berani berhadapan didepan orang banyak.

Dalam jurusan sastra Indonesia ini tidak semua mata kuliahnya adalah bahasa Indonesia. Di jurusan ini saya juga diajarkan tentang dunia jurnalistik yang seharusnya merupakan mata kuliah jurusan komunikasi. Selain itu, terdapat pula mata kuliah bahasa Arab. Dalam mata kuliah ini, saya diajarkan mengenai materi bahasa Arab dimulai dari bahasa Arab mudah sampai yang sulit. Untuk cara belajarnya juga terbilang asik dan tidak monoton. Dalam jurusan sastra Indonesia ini juga terdapat pertunjukan drama dan cara membuat film. Jadi, walaupun jurusan saya adalah sastra Indonesia, akan tetapi mata kuliah yang disajikan tidak hanya seputar bahasa Indonesia saja, melainkan berbagai jenis mata kuliah lainnya yang juga sangat asik untuk dipelajari.

 

Menjadi mahasiswi jurusan sastra Indonesia itu sebenarnya menyenangkan. Banyak hal-hal menarik yang bisa dilakukan dalam dunia sastra. Kita bisa lebih mencintai bahasa dari negara kita sendiri yaitu bahasa Indonesia, menjadi lebih memahami tata cara berbicara yang baik. Walaupun sering dipandang sebelah mata, bukan berarti jurusan sastra Indonesia itu buruk. Ada sebagian orang berpendapat bahwa jurusan sastra Indonesia itu lulusnya lama. Pendapat itu tidak sepenuhnya benar kok. Lulus cepat atau lama tergantung pada individunya masing-masing. Semakin kita niat dan memahami jurusan sastra Indonesia, maka semakin besar pula peluang lulus dengan cepat.

 

Terkait masalah pekerjaan, jangan terlalu terpaku dengan pendapat dan omongan dari orang lain yang tidak membangun. Rezeki bisa datang dari mana saja asalkan kita mau berusaha. Dan jangan lupakan, bahwa kemampuan (skill) dan pengalaman juga penting. Walaupun kita kuliah di jurusan sastra Indonesia, tidak ada salahnya kok mengikuti UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) atau yang biasa disebut ekstrakulikuler, di luar jurusan kita. Kita bisa mengembangkan bakat kita dengan mengikuti UKM olahraga, kesenian, pramuka, koperasi mahasiswa, pers mahasiswa, Mapala (Mahasiswa Pecinta Alam), dan masih banyak lagi.

Dunia sastra sangatlah indah apabila kita menikmati dan menjalaninya dengan sepenuh hati. Tidak ada jurusan yang akan menyesatkanmu di masa depan. Jurusan apapun yang sedang dijalani sekarang, itu adalah jurusan yang terbaik. Serumit apapun jurusanmu, harus dilakukan dengan sungguh-sungguh agar hasilnya juga maksimal. Begitupun dengan jurusan sastra Indonesia, walaupun peminatnya tidak sebanyak jurusan lain, bukan berarti jurusan sastra Indonesia itu tidak layak. Karena tanpa adanya jurusan sastra Indonesia, generasi penerus bangsa tidak akan bisa mengenal dan mempelajari bahasa Indonesia dengan baik dan benar yang kemudian akan berakibat kepada rusaknya moral anak bangsa. Maka dari itu, sebaiknya kita sebagai generasi muda harus menanamkan budaya cinta tanah air dengan terus memperdalam pengetahuan tentang bahasa dan sastra Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Review Film Hello Ghost Indonesia, Kisah Empat Hantu yang Luar Biasa

Film dengan berbagai genre muncul karena adanya permintaan dari penikmat film dan diciptakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Oleh karen...