SUKA DAN DUKA MENJADI MAHASISWI PRODI SASTRA INDONESIA
UNPAM
‘Mengapa memilih jurusan sastra Indonesia?’ Pertanyaan
itu kerap kali ditanyakan setiap saya menyebutkan jurusan kuliah saya. Banyak diantara
mereka yang heran mengapa saya memilih jurusan sastra Indonesia. Bukankah prospek
kerjanya sulit? Bukankah gajinya jauh lebih rendah daripada lulusan dari
jurusan lain? Bukankah masa depan lulusan sastra Indonesia itu tidak jelas? Jujur
saja, pertanyaan tersebut sering kali saya dengar setelah saya menjelaskan
jurusan kuliah saya. Bagi mereka jurusan sastra Indonesia itu kuno, abu-abu,
dan tidak jelas. Tetapi menurut saya semua itu salah. Tidak selamanya jurusan
yang dianggap sepele itu akan berakhiran buruk. Dan bukan berarti semua lulusan
sastra Indonesia akan bernasib menjadi pengangguran dan tidak mempunyai masa
depan. Sastra Indonesia memanglah jurusan yang tidak cukup populer di kalangan
masyarakat Indonesia pada saat ini. Banyak masyarakat Indonesia yang kerap kali
menyepelekan jurusan sastra Indonesia. Bahkan teman-teman saya pun seperti itu.
Pada
suatu ketika, teman saya pernah bertanya kepada saya, “Mengapa memilih jurusan
sastra Indonesia?”. Saya pun menjawab, “Karena saya nyaman dan menyukai jurusan
ini.” Lalu teman saya menjawab kembali, “Mengapa bisa kamu nyaman pada jurusan yang
tidak jelas itu?”. Jujur saja saya sempat kaget dengan ucapan teman saya itu. Memangnya
ada yang salah dengan jurusan saya? Toh saya masuk jurusan ini karena saya
menyukainya dan tidak terpaksa sama sekali. Teman saya pun menimpali kembali, “Kamu
harus tahu bahwa jurusan Sastra Indonesia itu susah mendapatkan prospek kerja
yang bagus. Banyak dari lulusan sastra Indonesia yang sekarang hanya menjadi
pengangguran dan tidak punya masa depan. Bahkan, teman saya pun menyesal masuk
sastra Indonesia. Teman saya sampai saat ini masih menganggur, mencari kerja
kesana kemari padahal teman saya lulusan sastra Indonesia dari universitas
terkenal di Indonesia. Sedangkan kamu? Kamu mendaftar sebagai mahasiswi baru tetapi
memilih jurusan sastra Indonesia. Apakah kamu tidak menyesal masuk ke jurusan
itu?”. Saya sempat berpikir ‘apakah saya salah masuk jurusan?’, namun saya
langsung membuang jauh-jauh pikiran negatif itu. “Tidak semua orang akan
bernasib sama. Banyak juga lulusan sastra Indonesia yang mendapatkan pekerjaan
yang bagus, menjadi dosen contohnya. Masa depan manusia tidak ada yang tahu
kecuali Sang Pencipta. Sekarang ini yang bisa kita lakukan hanyalah terus
berusaha dan berdoa kepada Sang Pencipta. Jodoh, maut, rezeki, Allah yang
menentukan.”
Terkadang
memang pikiran buruk itu sering sekali menghantui saya. Apalagi di zaman
sekarang ini mencari pekerjaan memang sulit sekali. Banyak yang harus
dikorbankan agar kita bisa mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keinginan
kita. Sebenarnya alasan kuat saya masuk ke jurusan sastra Indonesia ini adalah
karena salah satu guru bahasa Indonesia di SMK saya. Saat itu, guru bahasa Indonesia
saya memberikan tugas kepada saya dan teman sekelas saya untuk membuat puisi. Karena
saya memang sangat suka merangkai kata-kata, saya pun menyelesaikan tugas
tersebut dengan cepat. Setelah membaca hasil tugas saya, guru saya pun berkata,
“Sepertinya kamu memang cocok menjadi seorang penyair.” Pada saat itu saya
hanya tersenyum, karena menurut saya, pujian tersebut memang wajar diucapkan oleh
seorang guru kepada muridnya. Namun ternyata semakin mendekati waktu kelulusan,
saya semakin menyadari bahwa saya memang mempunyai minat di bidang sastra
Indonesia.
Tidak
berhenti sampai disitu, sewaktu saya sekolah dasar dulu, saya pernah di
rekomendasikan oleh guru untuk mengikuti lomba puisi antar kecamatan. Saya
sangat antusias mengikuti lomba tersebut. ‘Kesempatan langka’, pikir saya. Saya
terus belajar tentang puisi sebelum mengikuti lomba. Sampai pada saat lomba tiba,
jantung saya berdetak dengan kencang. Rasa takut bercampur malu menjadi satu
karena itu merupakan pertama kalinya saya mengikuti lomba sebagai perwakilan
sekolah. Pada saat itu yang saya harapkan adalah semoga saya bisa menyelesaikan
lomba dengan baik. Namun, keberuntungan sepertinya belum berpihak kepada saya. Saya
tidak memenangkan lomba karena saya terlalu grogi dan hampir menangis didepan
peserta lomba lainnya pada saat saya membacakan puisi. Karena dulu saya
memanglah tipe anak yang pemalu dan tidak mempunyai keberanian untuk berbicara
didepan orang banyak, ‘demam panggung’ istilahnya. Saya tidak membawa pulang
piala untuk sekolah. Tetapi dari kejadian itu saya mengambil pelajaran bahwa semua
hal memang ada resikonya dan kita harus belajar untuk berani mengambil resiko
dan berani berhadapan didepan orang banyak.
Dalam
jurusan sastra Indonesia ini tidak semua mata kuliahnya adalah bahasa
Indonesia. Di jurusan ini saya juga diajarkan tentang dunia jurnalistik yang
seharusnya merupakan mata kuliah jurusan komunikasi. Selain itu, terdapat pula
mata kuliah bahasa Arab. Dalam mata kuliah ini, saya diajarkan mengenai materi
bahasa Arab dimulai dari bahasa Arab mudah sampai yang sulit. Untuk cara
belajarnya juga terbilang asik dan tidak monoton. Dalam jurusan sastra
Indonesia ini juga terdapat pertunjukan drama dan cara membuat film. Jadi,
walaupun jurusan saya adalah sastra Indonesia, akan tetapi mata kuliah yang
disajikan tidak hanya seputar bahasa Indonesia saja, melainkan berbagai jenis
mata kuliah lainnya yang juga sangat asik untuk dipelajari.
Menjadi
mahasiswi jurusan sastra Indonesia itu sebenarnya menyenangkan. Banyak hal-hal
menarik yang bisa dilakukan dalam dunia sastra. Kita bisa lebih mencintai
bahasa dari negara kita sendiri yaitu bahasa Indonesia, menjadi lebih memahami tata
cara berbicara yang baik. Walaupun sering dipandang sebelah mata, bukan berarti
jurusan sastra Indonesia itu buruk. Ada sebagian orang berpendapat bahwa
jurusan sastra Indonesia itu lulusnya lama. Pendapat itu tidak sepenuhnya benar
kok. Lulus cepat atau lama tergantung pada individunya masing-masing. Semakin kita
niat dan memahami jurusan sastra Indonesia, maka semakin besar pula peluang
lulus dengan cepat.
Terkait
masalah pekerjaan, jangan terlalu terpaku dengan pendapat dan omongan dari
orang lain yang tidak membangun. Rezeki bisa datang dari mana saja asalkan kita
mau berusaha. Dan jangan lupakan, bahwa kemampuan (skill) dan pengalaman juga
penting. Walaupun kita kuliah di jurusan sastra Indonesia, tidak ada salahnya
kok mengikuti UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) atau yang biasa disebut
ekstrakulikuler, di luar jurusan kita. Kita bisa mengembangkan bakat kita
dengan mengikuti UKM olahraga, kesenian, pramuka, koperasi mahasiswa, pers
mahasiswa, Mapala (Mahasiswa Pecinta Alam), dan masih banyak lagi.
Dunia sastra sangatlah indah apabila
kita menikmati dan menjalaninya dengan sepenuh hati. Tidak ada jurusan yang
akan menyesatkanmu di masa depan. Jurusan apapun yang sedang dijalani sekarang,
itu adalah jurusan yang terbaik. Serumit apapun jurusanmu, harus dilakukan
dengan sungguh-sungguh agar hasilnya juga maksimal. Begitupun dengan jurusan
sastra Indonesia, walaupun peminatnya tidak sebanyak jurusan lain, bukan
berarti jurusan sastra Indonesia itu tidak layak. Karena tanpa adanya jurusan
sastra Indonesia, generasi penerus bangsa tidak akan bisa mengenal dan
mempelajari bahasa Indonesia dengan baik dan benar yang kemudian akan berakibat
kepada rusaknya moral anak bangsa. Maka dari itu, sebaiknya kita sebagai
generasi muda harus menanamkan budaya cinta tanah air dengan terus memperdalam
pengetahuan tentang bahasa dan sastra Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar